wartaperempuan-indonesia.com
Kupang – “Dengan memohon rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan seizin kita semua yang hadir, saya meluncurkan secara resmi Kegiatan Program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting ( tengkes, kbbi-daring ) sebagai Upaya Percepatan Penurunan Stunting di Kota Kupang Provinsi NTT. Mari kita terus bersinergi untuk mewujudkan generasi Emas NTT Tahun 2045”. Demikian disampaikan Pj. Gubernur NTT Ayodhia G.L. Kalake, saat meluncurkan Program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting sebagai Upaya Percepatan Penurunan Stunting ( tengkes, kbbi-daring) di Kota Kupang Provinsi NTT, betempat di Aula El Tari pada Kamis (7/3/2024).
Peresmian ini turut ditandai dengan pemukulan gong oleh Pj. Ayodhia didampingi Plt. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Marianus Mau Kuru, Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Pusat, Ade Jubaedah, dan Corporate Affairs Director Dexa Group, Tarcisius Tanto Randy.
Pj. Ayodhia pada sambutannya menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada BKKBN, Dexa Group dan IBI yang telah berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi NTT untuk bersama-sama melakukan kerja kreatif dan kolaboratif sebagai upaya Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi NTT.
“Penanganan stunting telah menjadi prioritas utama Pemerintah bersama dengan penanggulangan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem. Stunting khususnya di NTT merupakan persoalan serius yang harus segera ditangani untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Kita membutuhkan generasi penerus yang sehat, cerdas, berkarakter unggul dan mandiri untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera,” Jelas Ayodhia.
Oleh karena itu Ayodhia mengatakan, Pemerintah Provinsi NTT terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka stunting di NTT melalui langkah-langkah intervensi spesifik dan intervensi sensitif dengan melibatkan berbagai perangkat daerah dan _stakeholder_ terkait, melalui wadah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang dibentuk melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur serta terus mendorong setiap kabupaten/kota agar memiliki data _by name by adress_ yang mutakhir tentang stunting sehingga memudahkan penanganan/penggempuran secara lintas sektor ( _pentahelix_ ).
“Pemerintah Provinsi juga terus melakukan konsolidasi data terkait balita stunting di NTT. Selain menggunakan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dengan rilis terakhir untuk NTT sejumlah 35,3 persen di tahun 2022, turut dikembangkan metode pencatatan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM). Berdasarkan data ePPGBM, pravelensi stunting di NTT mengalami penurunan di mana pada tahun 2021 sebesar 20,9 persen, tahun 2022 sebesar 17,7 persen, tahun 2023 berdasarkan hasil timbang dan pengukuran bulan Agustus terhadap 419.798 balita di seluruh NTT, terdapat sebesar 15,2 persen atau 63.804 balita stunting,” jelasnya.
Lebih lanjut Ayodhia mengatakan, dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, sasaran utama upaya percepatan pencegahan stunting adalah menyasar kelompok prioritas yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia 0-23 bulan yang merupakan periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Sehingga menurutnya, peran tenaga kesehatan khususnya Bidan sangat strategis dalam upaya pencegahan stunting di 1.000 HPK anak.
“Para Bidan merupakan sosok yang berada di garda terdepan dalam memberikan pendampingan, pengetahuan dan dukungan kepada para calon ibu dan para ibu sejak kehamilan hingga bayi berusia lima tahun. Karena itu, peningkatan, kompetensi dan kapasitas para bidan merupakan hal yang sangat penting percepatan penurunan angka stunting,” ujarnya.
Selain itu, Pj. Ayodhia turut menyambut positif Komitmen dan Nota Kesepahaman antara antara BKKBN dan Dexa Group untuk menurunkan stunting di NTT melalui Program Edukasi Bidan dan Intevensi Stunting.
“Kepedulian dan keterlibatan berbagai pihak memperlihatkan pentingnya komitmen dari semua pemangku kepentingan terhadap upaya penanggulangan stunting untuk mewujudkan generasi emas Indonesia di tahun 2045. Saya berharap ini dapat mendorong semakin banyak dunia usaha dan badan swasta lainnya agar dapat berperan serta dalam upaya penanganan stunting di NTT untuk menciptakan generasi unggul dan kompetitif yang nantinya dapat membawa NTT semakin maju dan sejahtera. Saya juga berharap agar kiranya upaya edukasi bidan dan intervensi stunting ini dapat dilakukan di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi NTT,” Ungkap Beliau.
Menutup sambutannya, Ayodhia juga mengajak Dexa Group untuk turut terlibat dalam bidang peningkatan sumber daya manusia NTT seperti pemberian beasiswa bagi para mahasiswi kebidanan di NTT, pemberantasan penyakit-penyakit endemik di NTT seperti Demam Berdarah dan Malaria, pemberian obat cacing bagi anak-anak serta berinvestasi di bidang penelitian dan pengembangan tanaman-tanaman tradisional NTT yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk obat-obatan.
Menurut Corporate Affairs Director Dexa Group, Tarcisius Tanto Randy, selama kurun 10 tahun terakhir, prevelensi stunting di Indonesia turun 15,6% dari 37,2% menjadi 21,6% di tahun 2012. Dan Presiden Joko Widodo telah menargetkan prevelensi stunting 14 persen ditahun 2024. Target penurunan angka stunting ini dapat dicapai melalui semangat kolaborasi dan kerjasama dari seluruh pihak.
“Dexa Group sebagai salah satu pihak swasta yang yang bergerak di bidang kesehatan yakni menyediakan produk farmasi yang bermutu, berkhasiat dan aman turut berkontribusi dalam program percepatan penurunan stunting ini. Oleh karena itu, Dexa Group mengajak semua pihak agar terus berkolaborasi mendorong peningkatan kesehatan yang baik khususnya bagi masyarakat NTT,” Jelas Tarcisius.
Turut hadir pada kegiatan ini, Unsur Forkopimda Provinsi NTT, Jajaran Pimpinan Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Provinsi NTT dan Jajaran Pimpinan Pengurus Cabang Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten/Kota se-Provinsi Nusa Tenggara Timur yang hadir secara online dan offline.
Penulis : Fara Therik
Foto: Nuel Here Wele
Video : Adi Hau