wartaperempuan-indonesia.com
Kupang – Pertumbuhan ekonomi NTT terus meningkat, meskipun belum setinggi periode pra-pandemi. Sejak 2021, ekonomi NTT tumbuh rata-rata sebesar 3,22% (yoy) atau berada di bawah kinerja rata-rata 5 tahun sebelum pandemi yang mencapai 5,10% (yoy). Kinerja ekonomi NTT belum mampu kembali tumbuh di atas rata-rata nasional sebesar 5,04% (yoy). Sumbangan Industri pengolahan terhadap perekonomian NTT yang masih terbatas sebesar 1,36% dan produktivitas pertanian padi sebesar 4,57 ton/ha masih di bawah rata-rata nasional. Kondisi ini menyebabkan tingginya ketergantungan NTT terhadap barang dari luar daerah. Di sisi lain, karakteristik geografis berbentuk kepulauan, menyebabkan konektivitas menjadi tantangan NTT.
Berangkat dari kondisi tersebut, Kantor Perwakilan BI Provinsi NTT berkolaborasi dengan Pemprov NTT dan ISEI NTT menyelenggarakan Dialog Perekonomian, “Duduk Ba Omong Perekonomian NTT 2024” dengan tema Strategi Optimalisasi Sumber Ekonomi Baru dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT yang menghadirkan Prof. Dr. Bustanul Arifin (Ketua PERHEPI), Dendi Ramdani, Ph.D. (Ekonom Bank Mandiri), dan Prof. Ir. Fredrik L. Benu (Guru Besar Ekonomi Pertanian Undana).
Peningkatan produktivitas dan integrasi hulu ke hilir pertanian sebagai quick wins pertumbuhan ekonomi NTT. Pemerintah pusat hadir untuk menanggulangi stutning di NTT melalui program makan bergizi gratis. 749 titik layanan makanan bergizi gratis akan disediakan dengan anggaran melebihi Rp8 triliun untuk memberikan asupan pangan bergizi bagi generasi penerus NTT selama 1 tahun.
Besarnya perhatian pusat kepada NTT perlu disambut dengan penggunaan pangan lokal yang kaya nutrisi dalam program memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak-anak NTT. Integrasi dengan program cetak lahan pertanian di NTT yang memiliki lebih dari 1 juta lahan kering menjadi satu kesatuan mendorong sektor pertanian secara simultan di Bumi Flobamorata pada sisi hulu dan hilir. Tangguhnya sisi hulu dan hilir sektor pertanian dapat menjadi input yang berkualitas untuk mengembangkan industri pengolahan dan mendukung pariwisata di NTT.
Optimalisasi potensi daerah sebagai game changer pertumbuhan ekonomi NTT.
Selain integrasi sektor pertanian hulu ke hilir, Ekonomi Hijau memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan lebih lanjut di NTT. Pulau Flores yang kaya akan potensi panas bumi dapat dikembangkan menjadi Ring of the Renewable Energy Supply. Pulau Timor dengan biomassa yang melimpah sangat potensial untuk dikembangkan menjadi Biomass Island. Sementara, keindahan Pulau Sumba yang ikonis dapat ditonjolkan dengan konsep Sumba Iconic Island. Di sisi lain, potensi Ekonomi Biru juga tidak kalah besarnya di NTT. Arus laut di Larantuka diprediksi dapat menghasilkan 18 GW listrik yang rendah emisi karbon. Pemanfaatan lahan garam yang masih terbatas 5% dari total potensi 57.160 Ha diproyeksikan dapat mengurangi ketergantungan impor garam Indonesia.
Bank Indonesia berkomitmen untuk turut serta mendorong pertumbuhan ekonomi NTT. Selain menjaga stabilitas ekonomi dengan kebijakan pro-stability, kebijakan pro-growth turut ditempuh Bank Indonesia. Pengembangan UMKM sebagai penopang perekonomian dilakukan melalui peningkatan kapasitas kelompok subsisten, mendorong akses pasar dan pembiayaan, penguatan sertifikasi usaha dan digitalisasi. Penguatan peran Bank Indonesia dalam mendorong produktivitas dilaksanakan melalui Program Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PI-KEKDA) diterapkan secara terintegrasi dengan program unggulan GNPIP, seperti perluasan penerapan good agricultural practices hingga hilirisasi produk pertanian.
Melalui strategi yang tepat dan implementasi berbagai program pengembangan dengan sinergi yang erat bersama berbagai pemangku kepentingan, niscaya pertumbuhan ekonomi NTT mampu tumbuh pesat menuju NTT yang maju, sejahtera, dan melampauinya.
Agus Sistyo Widjajati
Deputi Direktur